LAPORAN KEGIATAN OUTING CLASS
LAPORAN KEGIATAN
OUTING CLASS
DISUSUN OLEH :
NAMA:RANI SARININGTIAS
NO :24
KELAS:X-9
SMA NEGERI 3 BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2015/2016
PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 3 BOYOLALI
2015
PENGESAHAN
Laporan
outing class ke keraton Surakarta ini telah disetujui dan disahkan pada :
Hari
:
Tanggal
:
Oleh :
Wali
Kelas
M.R
Alfaani Kurniawan S,Pd
NIP.19630719
200903 1 006
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
1.
Semua
yang terjadi adalah takdir,namun takdir bisa dirubah dengan cara berusaha dan
berikhtisar
2. Pendidikan adalah perhiasan di waktu senang dan tempat berlindung di waktu
susah
3. Bersabar dan meminta maaf lebih baik daripada mengambil pembalasan
4. Menyia-nyiakan waktu setiap hari adalah pemborosan hidup
5. Hadir terlambat memang lebih baik daripada tidak hadir
sama sekali, tetapi bila berkali-kali adalah suatu kecerobohan.
Persembahan
Laporan kegiatan outing class ini
dipersembahkan kepada :
1.
Kepala
SMA Negeri 3 Boyolali
2.
Pembimbing,Bapak/Ibu
guru,staf dan karyawan SMA Negeri 3 Boyolali
3.
Orang
tua dan keluarga yang selalu mendo’akan,mendukung,dan memberikan semangat
4.
Teman-teman
dan kakak kelas
DAFTAR ISI
1.
Pengesahan.................................................................................................ii
2.
Motto
dan Persembahan............................................................................iii
3.
Daftar
Isi....................................................................................................iv
4.
BAB
I Pendahuluan
a.
Latar
Belakang...............................................................................1
b.
Tujuan............................................................................................1
c.
Manfaat..........................................................................................1
5.
BAB
II Materi
a.
Penanaman
Pohon.........................................................................2
b.
Kraton
Surakarta...........................................................................3
6.
BAB
III Penutup
a.
Kesimpulan...................................................................................11
b.
Saran.............................................................................................11
7.
Lampiran...................................................................................................12
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Outing class merupakan salah satu cara untuk
menambah pengetahuan serta menimbulkan potensi belajar siswa. Potensi tersebut berupa olah pikir.
Sampai saat ini, outing class merupakan media yang paling efektif
dan efisien dalam menyampaikan suatu ilmu pelajaran bukan
hanya dari teori saja, kebenaran dan bukti nyata dilapangan perlu kita
ketahui, adapun kita akan melaksanakan outing class ke Keraton Surakarta pada
hari Selasa , 15 Desember 2015
b.
Tujuan
Adapun tujuan dalam melaksanakan kegiatan
outing class ini yaitu:
1)
Menambah
pengetahuan dan wawasan.
2)
Melihat
dan mengawasi secara langsung objek wisata sebagai sumber IPTEK.
3)
Menumbuhkan
rasa cinta tanah air.
4)
Menggali
dan mengumpulkan data sebagai bahan pelatihan menyusun kegiatan.
5)
Sebagai
referensi lain untuk menambah pengetahuan tentang museum sangiran dan keraton
kasunanan Surakarta
c.
Manfaat
Adapun manfaat dari
kegiatan outing class tersebut adalah:
·
Mempelajari
secara langsung keraton kasunanan Surakarta sebagai pusat budaya jawa.
·
Mempelajari
budaya yang ada di lingkungan keraton.
·
Semakin
bangga akan kebudayaan yang ada di wilayah Indonesia khususnya budaya jawa.
·
Belajar
nilai-nilai kehidupan atau pesan-pesan moral dari sang pemandu.
·
Menambah
ilmu pengetahuan baik secara umum maupun luas
BAB II
MATERI
a.Penanaman Pohon
Penanaman Pohon adalah kegiatan
memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan penanaman untuk didapatkan
hasil produk dari tanaman yang dibudidayakan.
Penanaman pohon dilakukan di museum sangiran klaster
dayu.
![]() |
|
![]() |
b.Kraton Surakarta
·
Sejarah Keraton Surakarta
Tahun
1742 masehi terjadilah pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Cina yang
dipimpin oleh Raden Mas Garendi dari Kartasura dan berhasil menduduki Keraton
Surakarta.Raden Mas Garendi adalah putra dari Pangeran Teposono,sedangkan
Pangeran Teposono adalah pura susuhunan Hamangkurat II.Pemberontakan di
Kartasura ini dikenal dengan peristiwa Geger Pacinan / bedahnya Keraton
Kartasura / awal jatuhnya Keraton Kartasura.Ketika para pemberontak menduduki
Keraton Kartasura yang ketika itu diperintah oleh ingkang Sinuhun Kanjeng
Susuhunan Paku Buwono II,Susuhunan Paku Buwono II berikut pengawal dan abdi
dalem yang setia mengungsi ke Ponorogo Jawa Timur.Setelah Raden Mas Garendi
berhasil menduduki Keraton Kartasura di kenal dengan nama atau sebutan Sunan
Kuning atau Sunan Hamangkurat V.Disebut Sunan Kuning karena Raden Mas Garendi
memimpin orang-orang Cina yang berkulit “kuning” yang memberontak
Susuhunan
Paku Buwono II berhasil merebut kembali Keraton Kartasura dari kaum pemberontak
,namun Keraton Kartasura dalam keadaan rusak sehingga tidak pantas untuk
dijadikan Keraton lagi.Melihat keadaan ini Susuhunan Paku Buwono berkehendak
memindahkan Keraton Kartasura ke tempat lain dan pilihan jatuh di desa Sala ,
letaknya 14 km sebelah timur Keraton Kartasura,walaupun ketika itu Desa Sala
masih berwujud rawa-rawa,masih tergenang air.Menurut petunjuk gaib , Desa Sala
pantas dijadikan Keraton yang baru sebagai kelanjutan Keraton Kartasura
Atas kehendak Susuhunan Paku Buwono II
didirikan sebuah Keraton yang baru di Desa Sala dan selanjutnya dalam pasowanan
sesuai pembangunan keraton yang baru,Susuhunan Paku Buwono II secara resmi Desa
Sala diganti dengan nama Keraton Surakarta Hadiningrat atau Nagari Suakarta
Hadiningrat, meneruskan Keraton Kartasura.
Adapun tahun berdirinya
Keraton Surakarta Hadiningrat diambil dari kepindahan Keraton Kartasura ke Desa
Sala pada hari Rabu tanggal 17 Suro tahun 1670 atau 17 Februari 1745.Menurut
jangka atau ramalan yang dipercaya oleh masyarakat Jawa tradisional, Desa Sala
akan membawa keberkahan dan keselamatan sehingga pantas untuk dibangun sebuah
keraton sebagai penerus Keraton Kartasura.Raden Tumenggung Honggowongso,
seorang abdi dalem Susuhunan Paku Buwono II dan juga ahli kebatinan, meramalkan
bahwa Keraton Surakarta berusia 200 tahun.Bahwa telah ada “weca”(ucapan yang
menjadi kenyataan) yang menyebutkan bahwa, apabila sebuah keraton didirkan di
Desa Sala, maka “sanadyan kkari sak megaring payung, tetep
lestari”(terjemahannya:meskipun tinggal selembar payung terbuka,tetap
berdiri,tetap ada).Maksudnya, adalah jika Keraton Surakarta berdiri di Desa
Sala,keraton tetap ada,eksis meskipun daerah kekuasaannya tinggal selembar
terbukanya payung.
Keraton
Surakarta untuk pertama kalinya di perintah oleh Ingkang Sinuhun Kanjeng
Susuhunan Paku Buwono II.Susuhunan Paku Buwono II merupakan Raja terakhir
Keraton Kartasura dan pendiri Keraton Surakarta.Susuhuna Paku Buwono II adalah
putra nomor 10 dari Susuhunan Hamangkurat Jawa yang memerintah Keraton
Kartasura, lahir dari Prameswaridalem (garwa padmi).Sebelum menjadi Paku Buwono
II,bernama Raden Mas gusti Proboyoso.
Susuhunan
Paku Buwono II memerintah Keraton Surakarta hanya 4 tahun lamanya(1745-1749
Masehi/1670-1674 Jawa) dan menurunkan seluruh Susuhunan Paku Buwono berikutnya
sampai sekarang.Dengan demikian,Susuhunan Paku Buwono II merupakan leluhur atau
cikal bakal para Susuhunan Paku Buwono yang bertahta di Keraton Surakarta.
Sejak Susuhunan Paku
Buwono II memerintah Keraton Surakarta, Keraton Surakarta berturut-turut
diperintah oleh keturunan Paku Buwono II dari “pancer kakung”(garis laki-laki)
yakni :Susuhunan Paku Buwono III, Paku Buwono IV,
Paku Buwono V, Paku Buwono VI, Paku Buwono VII, Paku
Buwono VIII, Paku Buwono IX, Paku Buwono X, Paku Buwono X, Paku Buwono XI, Paku
Buwono XII dan Paku Buwono XIII yang sekarang memerintah.
Para
Susuhunan Paku Buwono memerintah Keraton Surakarta Hadiningrat, berdasarkan
keturunan/ trah Susuhunan Paku Buwono sebelumnya atau keturunan pancer kakung
Susuhunan Paku Buwono II, secara turun temurun, memerintah seumur hidup,
berdasarkan hak asal-usul atau hak tradisional dan bersifat istimewa.Hak asal
usul disini artinya keturunan atau trah “pancer kakung” Susuhunan Paku Buwono
sebelumnya .Sifat istimewa adalah untuk membedakan dengan lembaga atau bentuk
pemerintahan lain atau menunjukkan jabatan “ratu” (raja).
·
Kompleks Kedhaton
Kori Sri Manganti menjadi pintu untuk memasuki kompleks Kedhaton dari
utara. Pintu gerbang yang dibangun oleh Susuhunan Paku Buwono IV pada tahun
1792 disebut juga Kori Ageng. Pintu yang memiliki gaya Semar Tinandi ini
digunakan untuk menunggu tamu-tamu resmi kerajaan. Bagian kanan dan kiri pintu
memiliki cermin dan sebuah ragam hias diatas pintu. Halaman Kedhaton dialasi
dengan pasir hitam dari pintu selatan dan ditumbuhi oleh berbagai pohon langka
antara lain 76 batang pohon sawo kecik (Manilkara Kauki, Kamili Sapotaceae).
Selain itu halaman ini juga dihiasi dengan patung-patung bergaya eropa.
Kompleks ini memiliki bangunan utama diantaranya adalah Sasana Sewaka, Ndalem
Ageng Prabasuyasa, Sasana Handrawina, dan Panggung Sangga Buwana.
Sasana Sewaka aslinya merupakan
bangunan peninggalan Pendapa Istana Kartasura. Tempat ini pernah mengalami
kebakaran pada tahun 1985. Di bangunan ini pula Susuhunan bertahta dalam
upacara-upacara kebesaran kerajaan seperti Garebeg Mulud dan ulang tahun raja.
Di sebelah barat Sasana ini terdapat Sasana Parasdya, sebuah peringgitan. Di
sebelah barat Sasana Parasdya terdapat Ndalem Ageng Prabasuyasa, tempat ini
merupakan bangunan inti dan terpenting
dari seluruh Keraton Surakarta
Hadiningrat. Di lokasi ini seorang raja bersumpah ketika mulai bertahta sebelum
upacara pemahkotaan dihadapkan khalayak di Sisihinggil utara.
Bangunan berikutnya adalah Sasana Handrawina. Tempat ini digunakan sebagai
tempat perjamuan makan resmi kerajaan. Kini bangunan ini biasa digunakan
sebagai tempat seminar maupun gala dinner tamu asing yang datang ke kota Solo.
Bangunan utama lainnya adalah Panggung Sangga Buwana. Menara ini digunakan
sebagai tempat meditasi Susuhunan sekaligus untuk mengawasi benteng VOC/Hindia
Belanda yang berada tidak jauh dari istana. Bangunan yang memiliki lima lantai
ini juga digunakan untuk melihat posisi bulan untuk menentukan awal satu bulan.
Di puncak atap teratas terdapat ornamen yang melambangkan tahun dibangunnya
menara tertua dikota Surakarta. Kawasan ini merupakan tempat tinggal resmi raja
dan keluarga kerajaan yang masih digunakan hingga sekarang.
·
Benda-benda
Peninggalan Keraton Solo
Dalam ruangan Keraton Solo terdapat benda-benda
peninggalan diantaranya yaitu:
Ø
Ruangan
I, Gambar-gambar Foto Raja dan ukiran kursi Raja
a. Gambar
Ingkang Sinuhun Paku Buwono dari mulai Paku Buwono V sampai dengan Paku Buwono
XII
b. Gambar Ingkang Sinuhun Paku Buwono X
duduk dengan pakaian kebesaran.
c. Satu buah gambar Kanjeung Ratu
Emas, Permaisuri Ingkang Sinuhun Paku Buwono X
d. Beberapa kuri ukir-ukiran dari zaman
Paku Buwono IV (1788-1820)
e. Dua buah kursi ukir-ukiran dari
Gianyar (Bali) yang dipersembahkan kepada Paku Buwono X
f. Sebuah kursi ukir-ukiran
tempat duduk Ingkang Sunuhun Paku Buwono X
g. Dua buah lemari ukir-ukiran
dari zaman Paku Buwono X
Ø
Ruang II Perunggu
Di dalam ruangan ini terdapat pula arca batu dari zaman purbakal, yaitu:
a. Arca Dewa Kuvera
b. Arca Dewa Durga
c. Arca Dewi Tara
d. Arca Dewa Ciwa Mahaguru
Ø
Ruang III
Kita melihat kuda dari kayu lengkap dengan pakaian, untuk dinaiki pengantin
laki-laki kerajaan
Ø
Ruang IV
Adegan pengantin perempuan dan laki-laki duduk bersila didepan krobongan
diapit oleh dua orang patah sakembaran.
Satu joli besar berisi sebuah tempat pakaian ukir-ukiran, dibuat pada zaman
Paku Buwono X. Pada dinding terdapat lukisan relief, ialah:
a. Relief pemberangkat calon
pengantin kerajaan laki-laki dan perempuan dari Keraton ke Kepatihan Calon
pengantin putri duduk dalam joli, calon pengantin laki-laki naik kuda memegang
tombak, diirngi oleh para pengawal
b. Relief adegan pengantin menjalankan
upacara ijab nikah
c. Relief adegan pengantin
panggih, pengantin perempuan dipertemukan dengan pengantin laki-laki
Ø
Ruang V Kesenian Rakyat
Diruang ini dipertontonkan beberapa adegan kesenian rakyat:
a. Adegan Pergelaran Wayang Kulit
Purwo dengan kelir, wayang dan dalang
b. Pada dinding terdapat relief:
־ Klenengan
= musik jawa tanpa tari
־ Pertunjukan
wayang kulit
־ Pertunjukan
wayang kulit pada peralatan perkawinan, supitan (khitanan), ruwatan, dan bersih
desa.
c. Pada dinding sebelah barat
dalam lemari kaca terdapat adegan-adegan :
ü
Wayang Kulit Purwo
ü
Wayang Kulit Gedok
ü
Wayang Kulit Madya
ü
Wayang Kulit dari kayu, berbentuk manusia
ü
Wayang Klitik, seperti wayang kulit, dibuat dari kayu
Ø
Ruang VI Topeng
Di ruang ini dipamerkan bermacam-macam topeng. Topeng ini dipergunakan
khusus dalam tarian topeng. Ceritanya mengambil dari cerita Panji Inukertapati
Asmarabangun, Dewi Galuh Ajeng, Dewi Galuh Candrakirana, Klana, dan sebagainya.
Pada dinding timur dipamerkan lukisan relief :
a. Relief pertunjnkan Jaran
Kepang/Kuda Lumping
b. Relief pertunjukan Tarian Tayub :
seorang wanita menari dan menyanyi, diiringi gamelan
c. Relief pertunjukan Lawung : dua
orang naik kuda membawa sodor bertarung, diiringi gamelan
d. Relief Pande Keris atau tukang
membuat keris
e. Relief Upacara Selamatan :
beberapa orang berdo’a mohon selamat dalam upacara Islami
Ø
Ruang VII
Di ruangan ini dipamerkan berbagai benda alat upacara, antara lain:
a. Bokor, Kendi, Beri, Sumbul,
Kecohan, dan lain-lain
b. Perhiasan
Ditengah ruangan ada sebuah payung bersusun tiga untuk upacara khitanan
Paku Buwono IV.
Ø
Ruang VIII
Ruang koleksi Tandu, Kremun, untuk memikul Putri Raja atau Penari Srimpi.
Ø
Ruang IX Koleksi Kereta Raja
a)
Kereta Kyai Gruda :
Dari zaman Ingkang Sinuhun Paku Buwono II di Kartosuro tahun 1726,
persembahan kompeni VOC
b)
Kereta Kyai Garuda Putra
Kereta Kerajaan, dipakai pada
zaman Paku Buwono VII sampai Paku Buwono X untuk menjemput tamu agung
c)
Kereta Kyai Morosebo 1770
d)
Disebelah selatan dalam lemari kaca terdapat pakaian kusir atau Pengemudi
Kereta dan Pakaian Kuda
Ø
Ruang X Kuda untuk berburu
Pada dinding terdapat lukisan Relief :
a. Relief pertemuan antara Ingkang
Sinuhun Paku Buwono VI (1823-1830) dengan Pangeran Diponegoro pada waktu Perang
Jawa. Keduanya dilukiskan dengan naik kuda, masing-masing dengan pengawal
b. Relief pengadilan pada zaman kuno
Ø
Ruang XI
Pada dinding dipamerkan senjata kuno, antara lain : bedil, pistol, pedang,
tameng atau perisai, keris, panah dan pelana kuda. Disebelah utara
dipertontonkan diorama suatu adegan di masa perang antara Pangeran Diponegoro
dengan Kompeni Belanda di Gua Selarong pada tahun 1825-1830.
a. Pangeran Diponegoro
(mengendarai kuda putih)
b. Kyai Mojo
c. Sentot Prawirodirdjo
Ø
Ruang XII Tempat Kyai Rojomolo dan lain-lainnya
Di ruang ini terdapat patung kayu Kyai Rojomolo ialah patung kepala raksasa
untuk hiasan perahu pada zaman Paku Buwono IV. Ada dua buah patung yang satu
tersimpan di Museum Radyapustaka Surakarta. Dipamerkan pula :
a. Maket Rumah Jawa gaya limasan,
gaya kampung dan lain-lain.
b. Patung-patung kecil dari tanah liat
yang menggambarkan aneka warna pakaian abdi dalem (pegawai) Keraton dan
Prajurit Keraton.
Ø
Ruang XIII
1)
Keramik dan porselin kuno yang dahulu menjadi perlengkapan rumah
tangga dan dapur.
2)
Alat-alat dapur.
3)
Alat permainan rakyat antara lain dakon, alat untuk mengadu jangkrik, adu
kecik, dan adu kemiri.
4)
Alat untuk memasak nasi dalam keperluan perang.
Susunan Raja-Raja Keraton Solo
1.
Paku Buwono II (dari Kartasuro) pada tahun 1745-1749, putra dari Prabu
Hamangkurat atau Hamangkurat Jawa (Hamangkurat IV)
2.
Paku Buwono III pada tahun 1749-1788, putra dari Paku Buwono II
3.
Paku Buwono IV pada tahun 1788-1820, putra dari Paku Buwono III
4.
Paku Buwono V pada tahun 1820-1823, putra dari Paku Buwono IV
5.
Paku Buwono VI pada tahun 1823-1830, putra dari Paku Buwono V
6.
Paku Buwono VII pada tahun 1830-1858, putra dari Paku Buwono I
7.
Paku Buwono VIII pada tahun 1858-1861, putra dari Paku Buwono IV
8.
Paku Buwono IX pada tahun 1861-1892, putra dari Paku Buwono VI
9.
Paku Buwono X pada tahun 1893-1939, putra dari Paku Buwono VI
10. Paku Buwono XI pada tahun
1939-1945, putra dari Paku Buwono X
11. Paku Buwono XII pada tahun
1945-2004, putra dari Paku Buwono XI
12. Paku Buwono XIII (sekarang),
putra dari Paku Buwono XII
BAB III
PENUTUP
a)
Kesimpulan
Dengan dilaksanakan outing class ke Keraton Surakarta, banyak sekali
pelajaran-pelajaran bermanfaat yang dapat kita manfaatkan dan pelajari untuk
kedepannya, yaitu:
1)
Dengan kegiatan outing class ini siswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan
siswa.
2)
Dapat menumbuhkan rasa cinta yang tinggi terhadap kebudayaan Indonesia.
3)
Siswa dapat bekerjasama dalam hal pembuatan Laporan outing class.
4)
Dengan berkarya wisata, siswa dapat mengetahui tampat-tempat rekreasi dan
peninggalan sejarah di indonesia
b)
Saran
1.
Untuk lebih kreatif kami harap Guru-Guru lebih banyak mamberikan bimbingan
yang lebih lengkap dalam penyusunan laporan ini.
2.
Kepada Panitia Pelaksana,outing class kami menyarankan
agar kunjungan objek wisata harus seimbang
antara tempat rekreasi dengan tempat penelitian supaya siswa tidak merasa bosan
dan jenuh ketika melaksanakan outing class.
3.
Pengaturan waktu/jadwal pelaksanaan outing class diharapkan untuk dibenahi
lagi karena kami merasa pada outing class ini waktu lebih banyak digunakan
untuk perjalanan dari pada untuk rekreasi di objek wisata.
makasih kak, ini membantu bgt buat penyusunan makalah outclass saya...
BalasHapusMakasih kak, ini sangat membantu banget untuk membuat laporan outing saya
BalasHapusMakasih kak laporannya membantu banget
BalasHapus