CONTOH CERPEN TENTANG PENDIDIKAN
PAHLAWAN TANPA TANDA JASA
Suara
adzan Subuh yang terdengar membuatku segera bangkit dari tempat tidurku. Aku
segera membantu ibuku yang sedang sibuk mempersiapkan segala keperluan rumah,
seperti mempersiapkan sarapan untuk aku,adikku dan ayahku. Sebelum itu aku
beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelahnya aku segera
membantu ibuku yang sdng kerepotan di
dapur. Setelah semua selesai aku segera menuju kamar mandi untuk mandi dan
setelahnya segera sarapan pagi bersama-sama dengan kelurga kecil ku. Setelah
sarapan pagi aku diantar ayahku menuu sekolah ku dengan menggunakan motor bebek
kesayangan ayahku.
Aku bersekolah di salah satu SMP negeri di
salah satu kota. Bersekolah disana sangatlah menyenangkan karena teman-temanku
sangat ramah dan tidak memandang status dari orangtuanya. Guru-gurunya pun
sangat ramah dan mudah dipahami saat mengajar. Di SMP ini aku mempunyai seorang
guru favorit. Beliau mengajar mata pelajaran IPS. Beliau bernama Pak Arif.
Beliau juga banyak disukai muridnya karena keramahannya dalam mengajar. Jika
pelajaran beliau aku dan teman-temanku sangat memperhatikan dan sangat
bersemangat. Tetapi hal itu tidak terjadi pada hari ini. Ku merasakan ada hal
yang berbeda yang kurasakan saat
pelajaran Pak Arif sedang berlangsung. Wajah Pak Arif yang selalu
kelihatan ceria sat ini sangat pucat dan tidak bersemangat. Aku berpikir pasti
ada yang sedang dirasakan pak arif saat ini. Tidak terasa bel istirahat pun
berbunyi. Akupun segera berlari mengikuti langkah Pak Arif yang cukup cepat.
“permisi pak, boleh minta waktunya
sebentar”tanyaku pada Pak Arif yang sedang duduk di kursi depan kantor guru
“Ooo, nak ratna tentu saja boleh, mau
bertanya tentang apa”jawab Pak Arif
“Ehm.....anu pak, kenapa saat mengajar
tadi bapak seperti tidak bersemangat, apakah bapak sedang menghadapi
masalah?”tanyaku dengan gugup
“Ooo masalah itu tho nak, sebenarnya
engga ada apa apa”jawab pak arif dengan suara berat
“Apakah bapak sedang sakit?”tanyaku
penuh penasaran
“engga sakit apa-apa kok, cuma lagi
engga enak badan aja , apakah ada hal lain yang ingin ditanyakan nak
ratna”tanya Pak Arif padaku
“Ehm....tidak pak terima kasih atas
waktunya”
“ya sama-sama nak”
Tidak terasa
bel masuk berbunyi aku segera menuju kelas dan mengikuti mata pelajaran yang selajutnya.
Pembicaraan dengan Pak Arif masih aku pikirkan, sampai sampai aku tidak
memperhatikan apa yang sedang diterangkan oleh guru mata pelajaran yang aku
ikuti. Lamunanku buyar ketika salah satu temanku mengagetkanku. Dia bernama
putri
“Woi....lagi ngalamun apa sih, sampai
engga ndengerin bu guru yang sedang nerangin”tanya putri dengan suara yang
cukup keras
“Engga
ada apa-apa kok sedang pusing aja” jawabku dengan malas
“Apa....pusing mau aku bawa ke UKS
engga?”jawab putri kembali dengan sedikit panik
“Ahh.... engga usah bukan pusing
karena sakit tapi pusing lagi mikirin seseorang”jawabku lagi
“Cie..... yang lagi mikirin seseorang
ehm....”jawab putri dengan bercanda
“Udah
deh jangan gitu.....’’ jawabku dengan kesal
“OK.....OK......”jawab
putri kembali
Tak terasa
90 menit telah berlalu, bel istirahat kembali berbunyi. Temanku yang tadi
mengagetkanku kembali menggodaku, dengan kesal aku tidak menggubrisnya.
Sepanjang waktu istirahat aku masih memikiran Pak Arif yang tidak
bersemangat saat mengajar dikelasku
tadi. Temanku kembali bertanya mengapa aku melamun.
“Ehm.... kamu ini sebenarnya kenpa sih
dari tadi melamun kaya engga ada kerjaan aja”tanya putri
“Ehm....
aku sebenarnya mau cerita sama kamu”jawabku
“Mau cerita apa sich cerita aja, aku
bakal ndengerin kok”tanya putri dengan heran
“Ehm.... gini lho kamu tadi ngerasa
engga kalau Pak Arif saat mengajar tadi agak berbeda kurang bersemangat gitu”jawabku
“Ooo....
masalah itu.... tadi aku ngerasa juga sih”jawab putri
“Ada apa ya dengan Pak Arif tadi sih
aku tanya pada Pak Arif kenapa kok tidak bersemangat katanya kurang enak badan
aja”jawabku kembali
“Ooo... ya udahlah jangan difikirin
dulu mending mikirin pelajaran
selanjutnya”jawab putri
“Ya
juga sih”jawabku kembali
Kringgggg
bunyi bel pulang berbunyi dengan kerasnya. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Aku keluar dari kelas dengan
kurang bersemangat. Aku masih memikirkan
Pak Arif. Sesampainya di rumah aku ditanya oleh ibuku.
“Sudah
pulang nak”tanya ibuku
“Sudah
buk”jawabku dengan lemas
“lho
kok kayak engga bersemangat?”tanya ibuku dengan penasaran
“Iya ni buk tadi guru favoritku juga
kurang bersemangat jadi aku juga engga bersemangat”jawabku kembali
“jangan begitu,justru kalau gurumu
tidak bersemangat kamu yang harus bersemangat jadi gurumu nanti akan bersemangat
juga”saran dari ibuku
“Ooo...gitu
ya buk”jawabku
“Ya sudah jangan dipikirin lagi lebih
baik kamu ganti baju lalu makan siang”jawab ibu dengan perhatian
“Ya
buk”jawabku dengan singkat
Keesokkan harinya
seperti biasa aku diantar ayahku dengan motor bebek kesayangannya. Tetapi ada
hal yang berbeda Pak Arif yang biasa
mengajar mata pelajaran
IPS tidak bisa hadir dikarenakan sedang sakit. Kelas ku
pun hanya diberi tugas untuk
mengerjakan soal-soal yang ada di LKS.
Biasanya aku sangat bersemangat ketika mengerjakan soal-soal yang diberikan
oleh pak guru, tapi saat ini aku kurang bersemangat dalam mengerjakan soal,
karena Pak Arif sedang sakit. Aku pun kembali bertanya pada temanku
“Put......”aku
memanggil dengan suara yang cukup keras
“Ada
apa Ratna, mau tanya nomor berapa?”jawab putri dengan PD-nya
“Idih.....PD
amat sih aku tuh mau cerita bukan mau tanya jawaban”jawabku dengan kesal
“Ooo.....
mau cerita tho kirain tanya jawaban”jawab putri engan malu-malu
“Pak
Arif sakit apa ya kok engga ngajar kita”tanyaku dengan penasaran
“Ehm
aku juga engga tau, emang kenapa sih?”tanya putri
“Ya
engga apa-apa sih cuma khawatir”jawab ku
“Ya coba kamu menengok aja Pak Arif
dirumahnya”putri memberi saran pada aku
“Benar juga kamu, tumben kamu
pinter”jawabku dengan sedikit menyindir
“Ihh...
kamu udah dikasih saran malah ngeledek”jawab putri dengan sebal
“Iya maaf...maaf tapi aku engga berani
kalau menjenguk sendiri bagaimana kalau kita berdua”jawabku
“Ehm gimana ya aku kayaknya engga
bisa, aku ada les hari ini”jawab putri
“Ya
udah deh nanti aku coba jenguk sendiri”jawab ku kembali
“OK
maaf ya ratna aku engga bisa nemenin kamu”jawab putri
“Ya
engga apa-apa kok”jawabku kembali
Tak terasa
bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Akupun tak
luput dari para siswa tersebut. Tak lupa aku meminta ijin kepada orang tua
bahwa aku akan pulang sore karena ingin menjenguk Pak Arif. Setelah meminta ijin kepada Ibuku
aku segera menuju rumah Pak Arif menggunakan transportasi umum. Sesampainya
disana aku melihat rumah Pak Arif yang kelihatan sepi.
“Assalamu ‘alaikum”ucap salamku sambil mengetuk pintu
Tapi
setelah lama aku mengucapkan salam dan mengetuk pintu tetapi tak ada seorangpun
yang menjawab salamku dan membukakan pintu untukku. Kemudian ada seorang
tetangga Pak Arif yang lewat didepan rumah Pak Arif dan melihat aku sedang kebingungan.
“Mencari
Pak Arif ya nak”tanya tetangga Pak Arif
“Iya
bu Pak Arifnya ada bu”tanyaku
“Pak Arifnya dirawat rumah sakit”jawab
tetangga Pak Arif
“Ooo... begitu ya bu, memangnya Pak Arif
sakit apa dan dirawat dimana bu”tanyaku kembali
“Katanya sih
dirawat di Rumah Sakit Medika katanya sakit kanker sudah stadium lanjut,
tadinya banyak keluarganya yang tidak percaya, katanya Pak Arif sudah lama
mengidap penyakit kanker itu tapi Pak
Arif tidak tega melihat keluarga sedih,
jadi Pak Arif memendam rahasia ini sendirian”jawab ibu tadi
Apa
Pak Arif sakit kanker stadium lanjut(kataku dalam hati)
“Ya
dah ya nak ibu mau melanjutkan pekerjaan ibu dulu”
“Oo...
ya bu terimakasih atas informasinya”
“Ya
sama-sama”
Aku
memutuskan untuk kembali ke rumah. Sesampainya di rumah......
“Eee... nak Ratna sudah pulang, katanya
mau njenguk pak guru, kok udah pulang”tanya ibuku
“Ehm gini bu tadi kata tetangganya pak
guru punya penyakit kanker stadium lanjut jadi harus dirawat dirumah sakit jadi
aku belum sempat menengok Pak Arif”jawabku
“Lha terus bagaimana”tanya ibu
“Ehm .... apakah ibu mau mengantar saya
menjenguk Pak Arif” pintaku pada ibu
“Ya boleh saja tapi setelah ibu
menyelesaikan pekerjaan ya”jawab ibu dengan jelas
“Ya bu”jawabku
Sambil
menunggu ibu menyelesaikan tugasnya aku memutuskan untuk mandi dan makan siang. Setelah ibu selesai, aku dan ibu
segera menuju dimana Pak Arif dirawat. Sesampainya disana......
Suara
tangisan terdengar dari lorong-lorong tempat Pak Arif dirawat. Ternyata Pak Arif
sudah tiada. Betapa terkejutnya aku. Aku pun belum sempat meminta maaf kepada Pak Arif. Ibu pun coba menenangkanku.
Sampai dirumah pun aku masih terbayang-bayang kebaikan Pak Arif selama aku
dididiknya. Pak Arif pernah membantuku untuk bimbingan persiapan Olimpiade IPS.
Keesokan
harinya aku dan teman satu kelas memutuskan untuk pergi melayat ke rumah Pak Arif.
Aku dan teman-temanku ingin memberikan penghormatan terakhir untuk Pak Arif.
Terima kasih Pak Arif, atas didikanmu
selama ini, semoga amal kebaikan Pak Arif dapat diterima di sisi-Nya. Amin (ucapku dalam hati)
Komentar
Posting Komentar